THE MANTAN BAGIAN 13
THE MANTAN 13
Gengsi Nelfon Duluan
Apala pukul 19.00
Di bangku beranda rumahnya, Khalil termenung sambil memegang gitar akustik. Fikirannya melayang pada suatu peristiwa sore tadi di mana ia melihat Arkam membonceng Ayu. Ada perasaan tak rela di hatinya melihat pemandangan tersebut.
Sosok Ayu yang anggun dan pintar bernyanyi adalah sosok yang ia idam-idamkan selama ini. Seringkali ia berkhayal Ayu menyanyikan sebuah lagu dan ia disampingnya mengiringi dengan gitarnya. Namun sepertinya semua khayalan tersebut ia harus kubur dalam-dalam sebab ia tak ingin hanya karena seorang wanita persahabatannya dengan Arkam menjadi retak.
Dipetiknya gitanya sambil menyanyikan sebuah lagu :
Mengapa oh Tuhan kau berikan perasaan ini
Yang tak bisa kupendam kebih lama di dalam hati
Walau kutahu dia takkan bisa tempatkan aku di dalam hatinya
Kapankah oh Tuhan kau akhiri perasaan ini
Karena kutak ingin ada hati yang kan terluka
Karena kutahu bahwa ia adalah milik sahabat karibku. (Kasih tak sampai dipopulerkan oleh Man Olla)
.....
Barebbo, pukul 19.00
Sementara itu di waktu yang sama namun di tempat yang berbeda.
Pada sebuah kamar yang dindingnya hampir penuh dengan poster artis Korea, di sana Evi sedang asyik membaca pesan di hpnya. Pesan yang ia baca bukanlah pesan yang baru saja masuk ke inbox melainkan pesan lama yang dikirimkan oleh Khalil kepadanya beberapa hari yang lalu.
Ketika membaca pesan tersebut terkadang ia senyum-senyum sendiri. Tak bosan-bosan ia membaca pesan tersebut lagi dan lagi. Pesan itu memang mampu membuatnya tersenyum namun pesan itu juga membuatnya bertanya-tanya apakah kata-kata Khalil dalam pesan tersebut serius atau hanya sebuah candaan belaka.
Pesan tersebut adalah pesan pertama dan terakhir yang dikirim oleh Khalil. Tak ada pesan baru yang ia terima, hal itu membuatnya penasaran kenapa beberapa hari ini Khalil tak lagi mengirim pesan ke padanya.
"Nih orang mungkin cuman php doang. Nembak Evi lalu kemudian menghilang begitu saja. Apa sih maksudnya?" Evi berfikir sambil membenamkan wajahnya ke dalam bantal.
"Kenapa kemarin gak langsung aku terima saja yah?" Ia membuang nafas dengan perasaan penuh sesal.
"Tapi masa langsung diterima, entar dikira gampangan " Ujarnya lagi melawan perasaannya.
"Apa aku sms aja yah?" Kata hatinya.
"Tapi Masa aku yang sms duluan?" Bantah fikirannya.
Setelah hati dan fikirannya bergelut ia kemudian memutuskan untuk mengirim sebuah pesan. "Met malam kak" Satu pesan terkirim.
Satu menit, dua menit, tiga menit, empat menit, lima menit. Pesannya belum juga mendapat balasan. Ia menunggu dengan gusar, lama menunggu membuatnya jengkel kemudian marah sendiri. "Tuh kan smsku gak dibalas. Lagi ngapain sih tuh orang? Apa udah tidur? Atau memang sengaja gak mau membalas pesanku. Lagian ngapain sih aku sms dia?"
Tak berapa lama setelah menggerutu dalam hati tiba-tiba hpnya bergetar tanda ada satu pesan masuk. Seketika hatinya bergetar seolah seirama dengan getaran hpnya. Ada perasaan senang menyeruak ke dalam hatinya. Dengan wajah tersenyum ia membuka pesannya.
"Mama lagi di kantor polisi. Mama butuh pulsa kirim ke nomor ini yah 085*********. Penting"
Membaca pesan tersebut hampir-hampir saja ia membanting hpnya karena kecewa. "Sialan, dasar penipu. Mana mungkin mamaku minta pulsa, punya hp aja enggak" Gerutunya dalam hati.
Ia sangat kecewa. Sebisa mungkin ia menahan diri untuk tidak menelpon Khalil. Walau pun ia sangat ingin mendengar suara laki-laki gondrong tersebut, namun rasa gengsi berhasil menahannya.
Karena merasa sangat kesal, ia memutuskan untuk menghapus semua pesan-pesan lama yang di kirim Khalil. Setelah menghapus semua riwayat pesan, tiba-tiba hpnya berbunyi lagi dengan nada dering lagu Korea sound track film Boys Before Flower.
Nama Khalil tertera di layar hpnya. "Khalil menelponku, apakah ini mimpi?" Tanyanya dalam hati. Setelah semua peristiwa yang menjengkelkan terjadi tadi, ia masih tak percaya kalau yang menelpon adalah Khalil.
Di pencetnya timbol hijau dengan pelan.
"Haloo Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam dek" Jawab Khalil.
"Ada apa kak?"
"Enggak kenapa-napa dek. Tadi kan adek sms, jadi saya telpon aja siapa tau ada yang penting"
"Ohhh tadi itu, maaf yah kak Evi kayaknya salah kirim"
"Ohh cuman salah kirim toh. Kalau gitu sudah dulu yah? Siapa tau adek lagi sibuk smsan sama seseorang. Maaf yah udah mengganggu. Assalamualaikum"
"Tut tut tut" Khalil memutuskan panggilan bahkan sebelum Evi membalas salamnya.
Evi kecewa Khalil memutuskan panggilan. Ia menyesal pada dirinya sendiri. "Kalau aku tidak bohong mungkin dia belum menutup telponnya. Sekarang pasti ia fikir aku sedang SMSan dengan orang lain"
.......
"Kufikir ia mulai peduli padaku, ternyata cuman salah kirim" Khalil mengantongi hpnya kemudian bersandarpada tiang rumahnya dan memandangi bintang gemintang.
"Evi, ia tak kalah cantik dibanding Ayu. Orangnya pun asyik diajak ngobrol. Kenapa aku tidak jatuh cinta sama dia saja yah. Dan kenapa aku malah mesti jatuh hati pada seseorang yang menyukai sahabatku?"
"Ting tong" suara pesan masuk menyadarkan Khalil dari lamunannya.
Evi: "Kok cepat banget sih telponnya di tutup? Aku kan belum sempat jawab salam" Pesan dari Evi. Sebuah alasan yang dibuat-buat oleh Evi. Ia sebenarnya masih ingin berkomunikasi dengan Khalil.
Khalil: "Maaf saya kira tadi adek sibuk banget, jadi saya buru-buru tutup telponnya, takut menggangu soalnya."
Evi: "Enggak kok kak lagian tadi cuman smsan sama teman kuliah" Evi berusaha menjelaskan. Ia takut Khalil berfikir ia sedang smsan dengan seorang cowok.
Khalil: "Ohh, jadi sekarang saya harus nelpon lagi biar adek bisa jawab salam saya yang tidak sempat tadi adek jawab?"
Evi: "Enggak juga sih, tapi kalau kakak mau nelpon juga gak apa-apa. “
Evi: Btw kaka lagi apa?"
Khalil: "Lagi nyantai dek di depan rumah"
Evi: "Udah makan belum kak?"
Khalil: "Belum, kenapa mau nraktir yah dek?
Eve: "Enggak kak cuman nanya aja"
Khalil: "Kirain mau nraktir"
Evi: "Masa saya yang nraktir kak, biasanya kan cowok yang nraktir"
Khalil: "Cowok yang harus nraktir, peraturan dari mana tuh dek?"
Evi: "Entahlah kak, peraturan dari dunia lain kali. Hi hi hi"
Khalil: "Ketawanya jangan kaya gitu dek, serem. Adek ini Kunti yah?"
Evi: "Enak aja cantik gini dibilang kunti hiks hiks hiks :("
Khalil: "Trus apa dong kalau bukan Kunti?"
Evi: "Bidadarilah kak :D "
Khalil: "Bidadari? bidadari turun dari bendi?"
Evi: "Ihh kakak, bidadari dari khayangan lah kak"
Khalil: "Iyya deh, kakak percaya :) "
Evi: "Nah gitu dong, cowok harus ngalah "
Khalil: "Masa cowok harus ngalah? Itu peraturan dari mana lagi dek?"
Evi: "Itu peraturan yang tak tertulis kak, peraturan yang telah disepakati oleh semua pihak lelaki dan pihak wanita"
Khalil: "Enak aja semua pihak, aku gak ikut sepakat kok"
Evi: "Sepakat ajalah kak"
Khalil: "Iyya deh saya sepakat"
Evi: "Nah gitu dong kakakku sayang. Udah yah Evi mau tidur dulu. Assalamualaikum <3 ."
Khalil: "Itu pesannya gak salah kirim lagi dek.?" Khalil mempertanyakan pesan yang dikirim Evi sebab di dalam pesan tersebut terselip sebuah kata sayang. Namun sayang sekali Evi sepertinya tak lagi berniat membalas pesannya hanya untuk menjelaskan tentang kata sayang tersebut.
Bersambung...
The Mantan bagian 14
Penulis: Salga Saputra
Komentar
Posting Komentar