THE MANTAN BAGIAN 1
Part 1
Pertemuan dengan Sang Mantan
Pada sebuah kursi yang terletak di sudut ruangan, seorang pemuda duduk dengan wajah yang menampakkan kebosanan. Pemuda itu adalah Arkam, ia tampak tak terlalu menikmati pesta pernikahan yang sedang berlangsung. Bagaimana tidak, disaat semua teman kampusnya membawa pasangan masing-masing, ia harus rela datang sendirian ke pesta tersebut. Belum lagi ia harus menjawab pertanyaan teman-teman tentang status jomblonya, semua pertanyaan seperti itu terdengar memuakkan baginya.
Di jaman sekarang ini, status jomblo hampir-hampir saja dianggap sebagai sesuatu yang hina, aib yang tak boleh diketahui oleh orang lain. Jika seorang pemuda yang telah menginjak usia dua puluh tahunan namun tidak memiliki seorang pacar, maka siap-siap saja dicap sebagai bujang lapuk, atau lebih sadis lagi dicap maho alias manusia homo. Kenyataan seperti itu memang agak sedikit pahit bagi seorang jomblo seperti Arkam.
"Boleh gabung gak kak Arkam?"
Sebuah suara lembut tiba-tiba mengejutkannya.
"Ehh Rahma, boleh aja" jawab Arkam sambil memperbaiki posisi duduknya.
"Kakak udah lama di sini?" tanya gadis yang baru saja tiba tersebut. Gadis tersebut adalah mantan pacarnya, meski demikian Arkam selalu menjaga tali silaturahmi diantara mereka, sebab baginya alangkah munafiknya membenci seseorang yang pernah ia puja-puja.
"Baru sih, baru satu jam"
"Sendirian aja kak? Mana nih pacar kakak, kok gak dibawa"
"Iya nih sendirian. Lagian saya dilarang ama nenek untuk pacaran " jawabnya ketus.
Mendengar jawaban Arkam, Rahma tersenyum menahan tawa. Lesung pipinya tampak bagitu indah ketika ia tersenyum. Melihat senyum itu, Arkam pura-pura membuang muka seolah-olah ingin menafikan kecantikan mantan pacarnya tersebut.
"Ada- ada aja kamu kak, yang seriuslah"
"Saya serius kok. Kalau adek datang sendiri juga? mana mantanmu? ehh maksudku mana pacarmu?"
"Rahma datang bareng temen kak, tuh temen Rahma" jawab Rahma sambil menunjuk seorang wanita yang sedang menikmati makanannya.
"Cantik juga temenmu, minta nomor hpnya dong"
"Duh kakak, gak usah sok. Waktu dulu aja kakak gemeteran"
"Waktu apa? yang jelaslah dek kalau ngomong"
"Yah waktu itu"
"Waktu itu apa?" tanya Arkam lagi seolah tidak tahu.
"Waktu kakak nembak Rahma"
"Itu kan dulu, kan lain dulu lain sekarang. Lagian ngapain sih adek bahas masa lalu di tempat kayak gini? bikin sakit hati aja tau"
"Tuh kan udah lama sekali, kalau gak salah empat tahun yang lalu. Emangnya kakak masih sakit hati yah?"
"Menurutmu?"
"Yah manaketehe, tuh hati kan punya kakak. Lagian emang kakak punya hati?" kata Rahma sambil tertawa kecil.
"Enggak, kakak nggak punya. Puas kan!"
"Heheeh"
"Eh ketawa emang lucu"
"Iyalah kakak sih responnya sok lebay gitu. Belajar darimana? seingatku dulu kakak gak selebay ini"
"Belajar dari masa lalu dek, semenjak negara api menyerang semenjak itulah kakak jadi kayak gini. Eh maksudnya semanjak aku ditinggalin ama seseorang, aku berubah jadi kayak gini."
"Jiahhh, udah ah kak becandanya. Nomor kakak masih yang dulu kan?"
"Udah diganti"
"Ohhh pantesan"
"Udah yah, kayaknya temen-teman kakak udah pada mau pamit tuh. Sampai jumpa di kehidupan yang berikutnya heheh" Arkam pun melangkah pergi bergabung dengan teman-temannya yang sedang berjabat tangan dengan kedua mempelai dan photo bersama sebelum pulang ke rumahnya.
...
Sepulang dari pesta pernikahan, Rahma menghempaskan tubuhnya ke kasur yang dihiasi dengan bad cover berwarna biru muda.
Di peluknya boneka Tasmanian Devil dengan erat sambil memejamkan matanya.
"Kamu kayak orang yang habis kerja rodi aja" kata Anti, lalu kemudian ikut menghempaskan tubuhnya di samping Rahma.
"Enggak tau nih Nti, rasanya capek banget gara-gara pesta tadi" timpal Rahma dengan tetap memejamkan matanya.
"Capek apaan, lagian kita gak kerja apa pun di sana. Malahan tadi saya perhatikan kamu hanya sibuk ngobrol sama cowok. Siapa sih cowok yang tadi? gebetan baru kamu yah?"
"Biasalah cuman teman lama"
"Benar cuman temen?" tanya Anti tak percaya.
"Iya sekarang sih cuman temen"
"Kalau dulu?" Timpal Anti memastikan.
"Aduh kamu kok kepo banget, udah dibilang cuman temen kok"
"Orangnya lumayan ganteng, mmm bukan lumayan lagi sih tapi emang ganteng. Kamu punya nomornya gak?"
"Ngapaiin kamu nanya nomornya segala?" jawab Rahma dengan nada sedikit tinggi.
"Siapa tau aja jodoh, heheheh" kata Anti sambil cengengesan
"Kamu tuh cewek Nti, jaim dikit napa? Masa kamu yang minta nomor cowok"
"Kalau gak mau ngasi yah bilang aja gak mau, gak usah sok nasehatin kayak gitu. Hmmm, dari reaksimu udah jelas cowok itu bukan sekedar teman. Ngaku aja deh! masa pake rahasia-rahasian pada sepupumu sendiri."
Rahma bangun, kemudian duduk dengan tetap memeluk noneka Tasmanian Devil miliknya. "Iya deh saya ngaku, dia itu sebenarnya mantan aku"
Anti merebut boneka yang dipeluk oleh Rahma. Ia memeluk boneka tersebut kemudian mencondongkan wajahnya ke arah Rahma. "Hmm sudah kuduga. Trus gimana ceritanya kamu bisa jadian sama dia?"
"Ceritanya panjang nti" ucap Rahma sambil menghela nafas.
"Ya elah ceritanya panjang? Kamu tuh gak usah akting seperti kakek kakek dalam sinetron yang akan menceritakan masa lalunya! Lebay tau"
"Entahlah Nti, yang jelas aku jadian ama dia waktu aku masih kelas 3 SMA. Semacam cinta monyet gitulah"
"Trus gimana bisa putus? Kamu diputusin yah ama dia? Kasian banget sih luh say" Anti memukul Rahma dengan boneka, sambil tertawa mengejek.
"Yah enggaklah, mana ada sejarahnya saya diputusin sama cowok. Yah sayalah yang mutusin dia"
"Preettt, kamu yang mutusin dia? Pasti kamu diselingkuhin kan? Secara, dia kan lumayan handsome, pasti banyak cewe yang naksir"
"Enggaklah, ia orangnya gak kayak gitu kok."
"Trus apa dong penyebabnya kalian putus?" Tanya Anti penasaran.
"Gini ceritanya Nti. Waktu jaman kami pacaran dulu, ia tuh lebih mentingin game dan teman-temannya daripada aku. Awal pdkt ia perhatian banget sama aku. Tiap hari dia nanya kabar, "kamu dimana? udah makan belum?", tapi sekali udah diterima, eh cueknya minta ampun. Jangankan nelpon, SMS aja jarang. Kalau bukan aku yang nelpon duluan mungkin gak bakalan ada komunikasi antara kita berdua. Jadi daripada menjadi kekasih yang tak dianggap mending putus aja kan?"
"Hahaha kekasih yang tak dianggap. Trus waktu kamu putusin dia, apa reaksinya?"
"Awalnya sih dia gak mau putus. Tapi aku bilang " Aku capek, aku gak bahagia sama kamu" baru deh ia rela ngelepasin aku.
"Trus kamu gak nyesel mutusim dia?"
"Yah enggaklah, lagian di luar sana masih banyak cowok yang lebih peduli sama aku. Ngapain juga mempertahankan cowok yang berhati batu kayak gitu"
"Trus sekarang kamu masih nyimpan rasa gak ama dia?"
"Ngapain juga aku nyimpen nyimpen perasaan kaya gitu. Emang hatiku ini kulkas apa?."
"Yang bener? Kalau aku deket ama dia kamu gak marah?"
"Ngapain juga aku marah. Lagian bekas bekas pakaian memang lebih bermamfaat jika di sumbangkan pada orang yang membutuhkan" Rahma tertawa dengan tawa yang dibuat-buat.
"Kalau gitu, sini kasii aku nomornya!"
"Aku gak punya nomornya Nti, katanya nomornya udah diganti"
"Hmmm sudah kuduga"
Bersambung......
The Mantan bagian 2
Penulis : Salga Saputra
Komentar
Posting Komentar