THE MANTAN BAGIAN 2
THE MANTAN
bagian ke-2
Pentas Seni di Kampus Biru
Semester akhir adalah momok yang menakutkan bagi para mahasiswa. Di mana pada masa itu hari-hari dilalui dengan penolakan demi penolakan. Tapi sebesar apa pun badai yang datang, namun akhirnya pasti akan berlalu juga. Tak peduli sekiller apa pun dosen pembimbing, pada akhirnya skripsi yang dikerjakan akan di acc juga.
Yah masa-masa suram seperti itu telah berlalu. Setelah ujian meja, tak ada lagi tugas kuliah yang perlu dirisaukan oleh Arkam. Kini hanya tinggal menunggu di wisuda saja sambil menikmati profesi baru dari seorang mahasiswa menjadi pengangguran.
Di parkiran kampus, Arkam bersama dengan Khalil menikmati indahnya masa-masa kemerdekaan setelah ujian meja. Khalil adalah salah satu sahabat yang dimiliki Arkam. Khalil memiliki perwakan sedang, hidung agak mancung, dan rambut gondrong berantakan yang khas. Di kampus itu mereka layaknya gula dan semut, dimanapun ada Arkam maka di situ pula ada Khalil. Jika mereka tidak nampak bersama maka pasti teman yang lain bertanya "soulmatemu mana?"
"Suntuk nih Kam, udah sejam kita nongkrong di sini. Lama-lama kita dikira tukang parkir ama mahasiswa-mahasiswa baru" Khalil membuka pembicaraan, sementara itu Arkam fokus pada layar hpnya.
"Gak apa Lil, lagian dari tampangmu kayaknya emang udah pas" Arkam minimpali dengan tetap fokus ke hpnya.
"Mana ada tukang parkir yang setampan aku, kalaupun ada pasti cuman cerita sinetron." Protes Khalil
"Ya ya ya, tapi btw bro lumayan juga kalau kita jadi tukang parkir di sini. Bayangin aja tiap hari ada sekitar tiga ratusan motor yang diparkir di sini. Kalau seandainya satu motor biaya parkirnya Rp.1000, sehari kita bisa dapat Rp.300.000 bro"
"Kalau sebulan dapat berapa bro?"
"Yah dapat sembilan jutaanlah bro. Tuh lebih gede dibanding gaji pns, pegawai swasta, apalagi pegawai honorer"
"Kalau setahun bro?"
"Yah dapat banyaklah"
"Yang realnya bro?"
"Itung aja sendiri! Udah ah males aku ngitungnya"
"Kalau gitu mulai besok kamu jadi tukang parkir aja bro!"
"Ngapain juga aku sekolah tinggi-tinggi kalau cuman buat jadi tukang parkir. Inget Lil, kerja itu bukan cuman masalah cari duit, tapi juga tentang aktualisasi diri"
"Sok idealis lu" Khalil beranjak dari motor yang ia duduki menuju Arkam. Dia tariknya hp dari genggaman Arkam. "Liat apaan sih serius banget" katanya sambil melototin hp milik Arkam.
"Biasalah Lil update status" jawab Arkam dengan nada malas.
Hadirmu lukiskan sejuta warna
Pergimu usaikan cerita
Denganmu aku bahagia
Tanpamu aku derita.
Khalil membaca status yang baru saja diposting oleh Arkam dengan suara lantang, berlagak seperti seorang penyair. "Preeet statusmu lebay banget bro. Lagian gak pantas jomblo kayak kamu bikin status galau kayak gini, hahaha" Khalil tertawa mengejek "Emang lagi galau yah bro?" Timpalnya lagi.
"Enggak lah Lil, saya kan pemuda anti galau"
"Trus tuh status maksudnya apaan? Buat narik simpati orang? Trus ada cewek sok baik yang baca status yang kamu tulis, kemudian ia berkomentar ""Sabar yah kakak, pasti kakak akan mendapatkan pengganti yang lebih baik"" Hahaha"
"Yah gak ada maksud apa-apa Lil, cuman buat ekspresi aja. Sini hpku, entar kamu nulis status yang macem-macem lagi." Arkam menjulurkan tangannya sebagai isyarat agar hpnya segera dikembalikan.
"Nih ambil! hp butut pun, gak bakalan saya bawa kabur bro. Mau di jual pun gak ada yang mau beli. Bahkan tukang loak pun gak bakalan sudi" Khalil mengembalikan hp Arkam seolah hendak melemparkannya. Setelah itu ia merogoh koceknya untuk mengambil kunci motor. "Cabut yuk bro, suntuk di sini terus gak ada kerjaan" Ajaknya pada Arkam.
"Mau kemana panas-panas kayak gini?" tanya Arkam sambil memasukkan hp kedalam kantong celananya.
"Ke kampus sebelah bro"
"Mau ngapain ke sana?"
"Ya elah bro, yah mau cuci matalah. Daripada di sini seharian kayak jemuran"
"Malas gue Lil"
"Udah ikut aja! Lagian saya dengar-dengar kampus sebelah lagi ngadaiin pentas seni. Di sana pasti banyak makhluk halus yang berkeliaran"
"Ayolah kalau gitu, bisa jadi jodoh kita ada di sana" ucap Arkam dengan raut wajah yang lebih bersemangat.
"Iya, itupun kalau jodohmu udah lahir"
Dengan sigap Khalil menstarter motornya. "Ok bro, tancep gasnya" ucap Arkam.
Mereka pun meluncur ke kampus sebelah.
***
Tak sampai lima belas menit, Khalil dan Arkam sudah sampai di kampus di mana pentas seni diadakan. Bangunan di kampus itu di dominasi dengan cat yang berwarna biru muda, jadi tak heran banyak orang yang yang menyebutnya Kampus Biru.
Suasana begitu ramai, parkiran kampus penuh dengan kendaraan, sehingga Khalil harus tengok kanan kiri hanya untuk mencari tempat parkir yang masih kosong.
Ternyata bukan hanya pentas seni, tetapi para penjual makanan, penjual minuman, bahkan penjual batu akik pun turut meramaikan acara di kampus itu.
Setelah menemukan tempat parkir yang pas, mereka pun berjalan melewati lapak -lapak para pedagang menuju alun-alun kampus di mana acara utama diadakan. Sesekali Khalil mengangguk -anggukkan kepala seakan terbawa oleh irama musik yang dimainkan para pementas.
"Gila bro, gak nyangka seramai ini" Khalil membuka pembicaraan.
"Cari tempat yang enak yuk buat nonton"
"Yuk kita terobos aja bro, lebih enak kayaknya kalau nonton di depan"
"Tapi kayaknya pengap di depan"
"Ya elah bro, cemen luh. Ayo lah! Lagian gak bakalan sepengap neraka bro"
"Ok lah, terserah kamu lah Lil" Arkam pun nurut saja mengikuti sahabatnya tersebut.
Tak lama setelah mereka berada di depan, di tempat yang terdekat dari panggung, band yang tadinya performance bubar, kemudian sosok wanita cantik yang menenteng gitar berdiri di depan panggung siap untuk performance menggantikan mereka.
"Ayu Ayu Ayu Ayu" terdengar suara penonton yang begitu bersemangat menyebutkan nama seseorang yang tengah berdiri di atas panggung tersebut.
Mendengar teriakan para penggemar, Ayu pun dengan refleks mempersembahkan sebuah senyuman kepada mereka sambil melambaikan tangannya. Melihat lambaiaan sang idola, para penonton pun semakin menjadi-jadi, nama Ayu seakan memenuhi alun alun kampus tersebut.
Apa yang membuat Ayu memiliki begitu banyak penggemar adalah karena ia memiliki suara yang begitu indah, dan juga di dukung dengan paras yang ayu seperti namanya.
"Bro, cantik banget bro. Gak rugi kita datang ke sini" kata Khalil sambil menyenggol Arkam dengan sikunya. Sementara itu Arkam seolah tersihir dengan apa yang sedang ia saksikan sehingga ia tak menanggapi perkataan sobatnya.
"Oe bro, dengar gak sih apa yang gue bilang?"
"Yayaya aku dengar lah" balas Arkam dengan nada malas.
"Gimana bro menurutmu? Cocok gak doi ama gue"
"Kamu ma jauhh bro. Sosok lembut nan ayu kayak doi, kayaknya gak cocok deh bersanding sama kamu" jawab Arkam tanpa melepaskan pandangannya pada sosok yang ada di atas panggung.
"Jadi maksudmu kamu yang cocok ama doi?" Protes Khalil
"Kamu sendiri yang bilang yah Lil, aku anggap ucapanmu tersebut adalah sebuah pengakuan" jawab Arkam sambil tersenyum licik.
"Pengakuan? Enggaklah. Aku gak bakal terima bro."
"Doi udah punya pacar gak yah? Gadis secantik itu kayaknya gak mungkin belum punya pacar"
"Kalau menurut penerawanganku kayaknya sih belum bro. Tapi tidak lama lagi, tidak lama lagi penantiannya akan segera berakhir dengan kedatanganku. Akulah nantinya yang akan memenuhi bilik-bilik hatinya yang kosong, dan menghangatkan kisi-kisi jiwanya yang beku" sifat lebay Khalil mulai kambuh.
"Prettt, maaf yah bro. Sebelumnya saya minta maaf jika nantinya semua asamu itu harus pupus dan menjadi abu kekecewaan. Sebab pada nantinya si doi dengan rela akan mengepakkan sayap-sayapnya dan menambatkan cintanya di dermaga hatiku yang sepi ini" dengan pedenya si Arkam membalas kata-kata lebay Khalil dengan kata-kata lebay juga. Maklum aja mereka berdua itu kuliahnya ngambil jurusan bahasa dan sastra Indonesia.
"Kita liat aja nanti" kata Khalil menirukan gaya penjahat dalam sinetron yang kalah namun mengancam akan membalas dendam.
Tak lama setelah mereka berbincang, memperdebatkan harta yang tidak mereka miliki, tiba-tiba suara tepuk tangan dan siulan memenuhi alun-alun pertanda bahwa sang pujaan telah menyelesaikan misinya dan akan segera meninggalkan mereka.
"Yahhhhh sudah selesai, kenapa sih hal-hal yang indah selalu saja begitu cepat berlalu?" Khalil membatin
"Yuk Kam, kayaknya udah gak ada yang menarik lagi"
Mereka pun berdua meninggalkan kerumunan dan menuju lapak-lapak yang bertebaran di pinggiran jalan kampus.
bersambung.....
The Mantan bagian 3
The Mantan bagian 3
Penulis : Salga Saputra
Komentar
Posting Komentar