THE MANTAN BAGIAN 14
THE MANTAN
Bagian ke-14
Makan Bakso
Dosen tidak masuk mengajar. Para mahasiswa menjadi sangat bising di dalam kelas. Ada yang bernyanyi sambil memukul meja menjadikan meja itu sebagai drumnya. Ada juga yang berdiri di depan menirukan gaya dosen mereka. Sementara itu Rahma terduduk lesu dipojok ruangan. Ia tampak tidak bersemangat. Ia menatap layar hpnya, membuka fb dan seolah membaca status yang terupdate. Meski demikian ia tidak benar-benar membaca status terbaru yang ditulis teman-teman fbnya. Fikirannya menerawang jauh penuh tanya terhadap seseorang yang sebulan terakhir ini tidak ada kabar beritanya.
Semenjak Arkam keluar dari rumah sakit, Rahma tidak pernah lagi bertemu dengannya. Semenjak itu pula HP Arkam tidak pernah diaktifkan sehingga pesan Rahma tidak kunjung mendapat balasan.
Benaknya dipenuhi pertanyaan tentang Arkam. "Bagaimana kabarnya sekarang?, apa ia baik-baik saja?" Ia teramat gelisah. Sebelumnya ia tak pernah mengkhawatirkan dan merindukan seseorang teramat sangat seperti yang ia rasakan sekarang ini.
Terkadang saat malam tiba, saat ia merindukan Arkam, Rahma kembali membaca semua pesan-pesan lama yang dikirim Arkam. Sesekali ia juga memandangi photo Arkam yang ia dapat dari FB. Tak banyak yang dapat ia lakukan untuk mengobati kerinduannya. Ingin rasanya ia datang langsung ke rumah Arkam, namun ia seorang wanita. Hal tersebut kurang pantas baginya.
"Ngayal aja say, yang semangat dong!" Anti menutup komik detektif Conan yang dari tadi ia baca dan fokus kepada temannya "Lagi mikirin siapa say? mikirin Arkam yah?"
"Enggak mikirin siapa-siapa nti, cuman suntuk aja kalau dosennya gak masuk mengajar"
"Ngomong-ngomong gimana kabar Arkam sekarang?"
"Kok nanya saya, mana saya tahu"
"Yah saya nanya kamulah, kan kamu yang siang malam dengan setia nemenin dia di rumah sakit." Ucap Anti.
Mendengar ucapan Anti, Rahma kembali teringat saat ia di rumah sakit jagain Arkam. Saat di rumah sakit itulah ia baru menyadari perasaannya yang sebenarnya terhadap Arkam. Saat Arkam dalam masa kritis, ia baru merasakan bahwa ia tidak mampu untuk kehilangan Arkam. Di rumah sakit itu pula ia merasa sangat dekat dengan Arkam. Karena pada saat Arkam tak sadarkan diri, ia dengan leluasa menatap wajahnya. Hal yang tak pernah mampu ia lakukan sebelumnya.
Anti menepuk pundak Rahma yang sedang terbuai dalam hayalannya "Oe, ditanya kok bukannya ngejawab tapi malah lanjut ngehayal"
Rahma seketika itu terkejut dan tersadar dari lamunannya. "Kamu nanya apa tadi nti" fikirannya buyar ia lupa dengan apa yang ditanyakan oleh Anti.
"Gimanar kabar si Arkam?"
"Gak tau juga nti" Jawabnya dengan nada tak bersemangat.
"Kok gak tau? emang kamu gak pernah lagi kontak-kontakan ama dia?"
"Semenjak dia keluar dari rumah sakit, nomornya gak pernah aktiv"
"Sepulang dari kampus, kita ke rumahnya aja kalau gitu!"
"Enggak ah, ngapain kita ke rumahnya?"
"Yah supaya kamu tahu gimana kabarnya"
"Enggak ah, kita kan cewek, masa cuman mau tau kabarnya aja harus samperin ke rumahnya" Rahma kemudian menbenamkan wajahnya ke bangku.
"Yah emang kenapa kalau kita cewek, kan gak ada salahnya silaturahmi. Daripada kamu terus-terusan galau kayak gini, yah mendingan kita samperin aja Arkam di rumahnya"
"Sok tahu kamu nti, siapa juga yang galau?"
"Enggak usah boong deh say, udah keliatan kok dari wajahmu yang kusut itu kalau kau itu emang lagi galau. Siapa lagi yang bisa bikin kamu galau kalau bukan mantanmu itu"
Rahma tidak dapat mengelak lagi, ia tidak bisa menjawab pertanyaan Anti. Tak dapat ia ingkari, hari-harinya tak lagi secerah biasanya tanpa kabar dari Arkam.
"Daripada terus-terusan monyong kayak gitu, kita ke kantin aja yuk makan bakso" Ajak Anti.
Rahma menuruti ajakan temannya. Mereka pun berjalan menuju kantin yang terletak di sebelah kanan kelas yang mereka tempati sekarang ini. Di jalan ia berpapasan dengan Evi yang baru saja tiba. Seperti biasanya, Evi memang sering datang terlambat.
"Kalian mau ke mana" Tanya Evi.
"Mau ke kantin say" Jawab Anti.
"Trus yang satu itu kenapa kok loyo kayak gitu?" Tanya Evi sambil mendongakkan wajahnya ke arah Rahma.
"Lagi galau say, mikirin sang mantan" Jawab Anti.
"Masih pagi udah galau, yang semangat dong Ma"
"Siapa juga yang galau. Udah ah, gak usah bahas tentang galau! Jadi ke kantin gak nih?"
"Yah jadi dong. Kamu mau ikut gak Vi?"
"Yah ikut dong. Trus Ayu mana? Belum datang yah?"
"Dia lagi ada latihan sama bandnya, besok lusa katanya dia mau tampil"
Beberapa saat kemudian mereka tiba di kantin kampus. Disaat siang seperti itu, kantin itu sesak dengan mahasiswa yang tidak sempat sarapan di rumah. Ada tiga pilihan makanan yang tersedia di sana. Ada bakso, ada nasi kuning, dan juga mie ayam. Dan makanan yang paling laris adalah bakso.
"Mas, baksonya dua, mie ayamnya satu yah" Anti memesan makanan, sementara itu Evi dan Rahma sudah duduk di bangku yang telah disediakan.
"Ok dek" ucap penjaga kantin.
"Mie ayamnya gak usah pake ayam yah mas"
"Haa, kalau mie ayam yah pake ayam lah dek" Ucap penjaga kantin itu kebingungan.
Anti tersenyum geli dengan kata-katanya sendiri. Ia meninggalkan penjaga kantin itu dan langsung bergabung dengan kedua sahabatnya.
"Vi, gimana menurutmu abang penjaga kantin itu" Bisik Anti pada Evi.
"Gimana apanya?" Evi mengeritkan dahinya.
"Maksudku ganteng apa tidak?"
Sebelum menjawab, Evi mengamati wajah penjaga kantin tersebut dengan seksama. "Yah lumayan sih" jawabnya jujur.
"Menurutmu gantengan mana dia dibanding kak Khalil?"
Pertanyaan Anti berhasil menghentak hatinya. Sebulan terakhir ini diam-diam smsan dengan Khalil tanpa memberitahu siapapun. Seiring waktu berjalan, perasaannya pada Khalil semakin bertumbuh. Awalnya ia smsan dengan Khalil hanya untuk menghilangkan rasa bosannya saja, namun tanpa ia sadari secara perlahan ia malah menjadi ketagihan. Pernah suatu ketika dalam beberapa hari Khalil tidak membalas smsnya. Entah mengapa hal tersebut membuatnya merasa sangat sesak hingga meneteskan air mata.
"Eh malah bengong. Denger gak sih apa yang saya omongin" Anti mengulang pertanyaanya.
"Iya, saya denger Nti. Gak usah teriak-teriak kali"
"Jadi menurutmu siapa yang lebih ganteng diantara mereka berdua?"
"Udah ah, males jawab pertanyaan gak berbobot kayak gitu. Emangnya kamu naksir yah sama mereka?"
"Yah enggak lah, mereka itu bukan tipeku say. Aku cuman nanya soalnya kamu kan hobbinya makan bakso. Jadi saya sarankan daripada kamu pacaran sama Khalil mending kamu pacaran sama ..... siapa lagi namanya tuh orang?"
"Sama mas Iwan" Timpal Rahma.
"Iya mendingan kamu pacaran aja sama mas Iwan Vi. Kalau kamu pacaran sama dia kan kita bisa makan bakso gratis tiap hari" Anti melanjutkan perkataannya sambil tertawa.
"Enak aja saya yang mau dijadiin korban. Kamu ajalah yang pacaran sama dia" Protes Evi.
"Jadi kamu lebih memilih kak Khalil yah?" tanya Anti lagi. Arah pertanyaanya memang untuk mengorek perasaan Evi terhadap Khalil.
"Siapa juga yang memilih kak Khalil? Aku gak pernah bilang kayak gitu" Ucap Evi gelagapan.
"Emang kamu gak suka yah sama kak Khalil?"
"Enggak" Sangkal Evi.
"Baguslah kalau begitu"
"Bagus kenapa?" Tanya Evi penasaran.
"Baguslah soalnya jika menurut penerawangan saya, kak Khalil itu sukanya sama Ayu. Jadi kalau kamu enggak ada perasaan sama kak Khalil maka tidak akan terjadi masalah" Setelah mengucapkan perkataan seperti itu, Anti mengamati perubahan mimik wajah Evi dengan seksama.
Meski pun Evi berusaha menyembunyikan perasaannya, namun tampak dengan jelas perubahan pada wajah Evi di mata Anti. "Apa benar kak Khalil sukanya sama Ayu? Trus kenapa ia sering smsin aku? Kenapa dia sering gombalin aku? Apa aku cuman pelarian danpenghilang rasa bosan saja?" Pertanyaan seperti itu tiba-tiba memenuhi benaknya.
"Udah! nanti aja lanjutin gosipnya. Kita makan dulu, nanti baksonya keburu dingin"
Sebelum mereka sempat menyantap makananya, tiba-tiba Ayu datang bersama dengan seorang pria. Pria itu tinggi, pakaiannya rapi, dan wajahnya juga lumayan tampan. Tampak sebuah headset besar berwarna putih dikalungkan di lehernya.
"Makan gak ngajak-ngajak" Ucap Ayu pada mereka.
"Sorry say, kirain kamu sibuk latihan, jadi kami gak mau ganggu" ucap Anti. Sementara itu mata mereka semua melirik ke arah pria yang datang bersama Ayu.
Ayu duduk di samping Anti, dan laki-laki itu tetap berdiri di dekat mereka. "Iya sih, tadi emang sibuk, tapi latihannya udah selesai kok. Oh iya, kenalin nih Randi, gitaris baru band kami"
Randi menyalami menyalami mereka satu persatu. Lalu kemudian mengambil kursi dan duduk di dekat Rahma. Ia yang baru pertama kali melihat Rahma langsung terpesona akan kecantikannya. Ia menatap Rahma dengan penuh kekagumanan. Rahma tampak cuek, dia menikmati baksonya tanpa memperdulikan pria di sampingnya.
Bersambung......
The Mantan bagian 15
Penulis : Salga Saputra
Komentar
Posting Komentar