THE MANTAN BAGIAN 7



THE MANTAN
bagian ke-7
 (bertukar informasi).

Di bawah pohon rindang nan teduh, di sanalah Rahma dan kawan-kawan menunggu kedatangan Khalil dan Arkam. Tak berapa lama mereka menunggu, tibalah Arkam dan Khalil dengan mengendarai motor masing-masing.

Dari segi penampilan, Arkam dan Khalil tampak begitu berbeda. Arkam kelihatan begitu rapi dengan mengenakan pakaian kemeja hitam yang dipadukan dengan celana kain yang berwarna hitam pula. Sedangkan Khalil tampak santai dengan mengenakan kaos oblong warna putih dipadukan dengan jeans berwarna biru. Meskipun demikian, mereka berdua tak dapat dipungkiri terlihat begitu menawan dengan penampilannya masing-masing.

"Tuh mereka udah pada datang" seru Ayu.

"Langsung berangkat aja kalau gitu, mumpung belum tengah hari. Kalau tengah hari kan panas, lagian aku tidak mau kulitku jadi hitam hanya karena kelapa muda. Aku nebeng sama Ayu aja, kalau kamu sis terserah mau pilih yang mana diantara mereka berdua. Pilih salah satunya aja yah! Gak boleh rakus" kata Anti mencoba untuk menggoda Rahma.

"Saya ikut kak Khalil aja" dengan tidak memperdulikan keberadaan Arkam, Rahma telah duduk manis di atas motor milik Khalil. Hal itu sengaja ia lakukan untuk membuat si Arkam cemburu, namun sayangnya reaksi Arkam melihat hal itu tampak biasa saja.

Mereka pun berangkat ke Barebbo menuju rumah Evi. Ayu dan Anti berada di iringan paling depan, Khalil dan Rahma di tengah, dan Arkam paling belakang. Selama di perjalanan, Khalil berbincang-bincang dengan Rahma, sementara itu Arkam mengamati mereka dari belakang. Ada secuil perasaan kecewa dan cemburu di hatinya sebab Rahma lebih memilih dibonceng oleh Khalil dibanding dirinya. Meski demikian ia masih mampu menyembunyikan perasaannya tersebut dengan bersikap seolah biasa saja.

"Kamu ngambil jurusan apa?" Tanya Khalil.

"Matematika kak"

"Kalau Ayu?"

"Sama kak"

"Kamu satu ruangan ama dia?"

"Iya kak"

"Ayu itu udah punya pacar belum?"

"Kurang tau juga sih kak, tapi kayaknya belum."

"Kalau kamu?"

"Sekarang sih gak ada kak"

"Masa sih bidadari-bidadari secantik kalian gak punya pacar?" Khalil mulai melancarkan gombalan murahannya.

"Kakak ini mah lebay." Kata Rahma seolah memprotes pujian Khalil, namun jauh di dalam lubuk hatinya ia senang juga dipuji kayak gitu. Entah mengapa perempuan umumnya kayak gitu, kalau dipuji oleh seseorang, orang yang memujinya ia cap lebay, tapi hatinya tak dapat menampik kalau pujian tersebut membuat dirinya merasa berharga hingga kadang kala menimbulkan perasaan GR. "Tapi emang kenyataanya begitu kak, saat ini Rahma milih mejomblo dulu. Mau fokus sama kuliah. Kakak suka yah sama Ayu yah?" Rahma bertanya balik.

"Entahlah, ada ketertarikan sih, soalnya saya suka sama cewe yang pintar nyanyi. Alangkah bahagianya kalau tiap malam ada cewe secantik kalian menyanyikan lagu untukku hingga aku terlelap. Soalnya selama ini hanya nyamuk saja yang sering menyanyikan lagu pengantar tidur untukku"

"Ahh kaka ini khayalannya ada ada aja. Pacaran aja kak sama Mp3, sekalian poligami sama speaker" Rahma memberi saran sambil tersenyum karena perkataannya tersebut.

"Aduh dek, masa aku pacaran ama Mp3" protes Khalil.

"Kan katanya mau dinyanyiin tiap malam"

"Tapi kan Mp3 cuman bisa nyanyi, ia tidak bisa menghangatkan tubuh dan hatiku yang beku ini" mulai kumat lagi sifat lebay si Khalil.

Mendengar ucapan Khalil, Rahma tercekak seketika.
"Pacaran sama kompor aja kalau gitu kak! Rahma jamin bukan cuman kehangatan aja yang akan kakak dapatkan" Timpal Rahma sambil tertawa.

Sementara itu Arkam yang dari tadi memperhatikan mereka berdua dari belakang merasa cemburu sekaligus penasaran tentang hal apa sih yang mereka bincangkan hingga membuat Rahma bisa tertawa selepas itu.

"Iya bukan cuman kehangatan, tapi juga kebakaran yang akan saya rasakan" kata Khalil dengan nada sok kesal.

"Maaf yah kak Rahma cuman bercanda" Ucap Rahma seolah menyesali perkataannya.

"Biasa aja dek, saya gak marah kok. Namanya juga becanda"

"Ngomong-ngomong, kakak udah lama sahabatan sama kak Arkam?"

"Lumayan sih dek, dari awal kuliah kami sudah bersahabat"

"Sekarang kak Arkam punya pacar apa enggak?"

"Sepengetahuan saya sih sekarang ia masih jomblo. Emang kenapa dek nanya kayak gitu, mau mendaftar yah?"

"Enggak kok kak cuman pengen tahu aja. Trus ada tidak cewek yang sering smsan ama dia?"

"Kalau masalah itu saya gak tau dek. Kalau adek suka sama Arkam ngaku aja, entar saya yang bantu nyomblangin"

"Enggak kok kak, Rahma cuman penasaran aja soalnya udah lama sekali baru ketemu lagi ama dia" kata Rahma menyangkal. Adalah hal yang sangat sulit baginya untuk mengakui bahwa ia masih ada rasa terhadap mantannya tersebut. Ia sendiri yang meminta putus dari Arkam, jadi mengakui kalau ia masih suka atau meminta balikan, baginya sama artinya ia harus menelan ludahnya sendiri. Tentu saja egonya tidak akan membiarkan hal tersebut terjadi.

Karena berbincang-bincang selama perjalanan, tak terasa mereka sudah sampai di depan rumah Evi. Tampak Evi dengan ramah menyambut mereka. "Motor kalian parkir di bawah rumah aja, biar gak kena panas matahari" kata Evi kepada mereka.

Evi berkata demikian karena rumahnya adalah rumah panggung, rumah tradisional khas Sulawesi Selatan, jadi bagian bawah rumah bisa dijadikan tempat parkir untuk melindungi kendaraan dari panas terik matahari.

***
Setelah memarkirkan motor miliknya, Arkam dan Khalil langsung berkenalan dengan Evi.
"Kalian bisa manjat gak?" tanya gadis yang bermata indah bersinar layaknya purnama. Matanya yang bening menyiratkan ketulusan dan kepolosannya. Mendengar pertanyaan tersebut Arkam hanya menggelengkan kepalanya.

"Saya bisa, biar saya saja yang memanjat" sahut Khalil bersemangat seolah akan menuruti apa saja keinginan Evi. "MasyaAllah nih cewe matanya bening bener" Khalil membatin

"Kamu yakin Lil?" Arkam meragukan temannya sebab belum pernah sekalipun ia melihat Khalil memanjat pohon kelapa.

"Tenang saja bro, hal seperti ini serahkan padaku. Tugasmu nanti hanya memungut kelapa yang jatuh kemudian membelahnya" Sebenarnya Khalil pun ragu akan kemampuan dirinya memanjat pohon kelapa. Seingatnya terakhir kali ia memanjat kelapa yaitu pada waktu ia masih duduk di bangku SMP, dan pohon kelapa yang ia panjat waktu itu tidaklah terlalu tinggi. Apa yang membuat ia memberanikan diri untuk memanjat kali ini adalah ia ingin tampil lebih dominan dibanding Arkam. Ia ingin menunjukkan kepada gadis bermata indah tersebut, bahwa dirinya adalah seorang lelaki yang dapat diandalkan.

"Ok lah bro kalau begitu, tapi hati-hati yah soalnya sekarang lagi musim kemarau"

"Emang apa hubungannya musim kemarau dengan memanjat pohon kelapa?" Tanya Evi penasaran.

"Yah kalau misalnya Khalil memanjatnya tidak dengan hati-hati, maka kemungkinan ia akan jatuh. Dan kalau ia jatuh maka kemungkinan terbesarnya ia akan mati. Dan kalau dia mati, itu artinya ia harus dikubur. Kamu tau sendirikan kalau musim kemarau tanah menjadi keras dan kering sulit untuk digali. Makanya ia harus hati-hati, sebab saya tidak mau menggali kubur di musim kemarau seperti ini" kata Arkam sambil tersenyum jahat. Evi pun ikut tertawa mendengarnya.

"Kampret lu bro, saya kira kamu perhatian sama sahabatmu ini sampai-sampai kamu nyempatin bilang hati-hati. Ehhh tidak taunya kamu cuman tidak mau capek-capek menggali kubur" kata Khalil sambil melayangkan tinju ringan ke bahu Arkam.

"Gimana nih kak, udah siap?" tanya Evi pada Khalil.

"Tentu saja saya siap dek. Jangankan pohon, hujanpun akan saya panjat demi kamu Vi" kata Khalil dengan penuh percaya diri sambil cengengesan.

Mendengar gombalan murahan tesebut, Evi tersipu malu. Rona mukanya memerah memperjelas garis-garis keindahan di wajahnya. Evi pun kemudian mengajak Khalil ke halaman belakang dimana di sana berjejer beberapa pohon kelapa menjulang tinggi.

"Panjat yang ini aja kak" kata Evi menunjukkan.

Khalil terperangah melihat betapa tingginya pohon kelapa yang ditunjukkan Evi. "Pohonnya tinggi banget, mampus aku kalau kayak gini" ucapnya dalam hati.

"Kok diam kak, kapan manjatnya?"

"Tunggulah sebentar dek, saya kan mau pemanasan dulu" kata Khalil beralasan.
Setelah menelan ludah dan mengumpulkan semua keberaniannya, akhirnya ia pun mulai memanjat pohon tersebut. Butuh beberapa menit baginya untuk sampai ke puncak pohon. Sementara itu Arkam mendongak memperhatikan sahabatnya yang tengah berjuang mati-matian "makanya jadi orang jangan sok" ejeknya dalam hati.

Bersambung....
The Mantan bagian 8

Penulis : Salga Saputra

Komentar

Postingan populer dari blog ini

THE MANTAN BAGIAN 12

THE MANTAN BAGIAN 1

THE MANTAN BAGIAN 2