THE MANTAN BAGIAN 8


THE MANTAN

bagian ke-8
Cemburu

Tak lama kemudian terdengar bunyi "pruk". Sebuah kelapa jatuh dari atas. Karena saking tingginya, buah yang jatuh menjadi pecah dan airnya muncrat keluar. "Pruk, pruk, pruk" kemudian jatuh lagi beberapa buah. Setelah Khalil menyelesaikan tugasnya, Arkam dan Evi segera memunguti buah yang terjatuh.

Peluh memenuhi wajah Khalil. Bukan hanya itu, bajunya bahkan basah akibat kucuran keringat. Entah mengapa peluh-peluh yang bau tersebut soalah menambah pesonanya. Ia memutuskan untuk membuka bajunya karena kepanasan. Terlihat garis-garis merah di dadanya yang putih. Garis merah tersebut adalah akibat gesekan dengan batang pohon"

"Tattomu keren bro" ejek Arkam.

"Tatto apaan?" tanya Khalil yang tidak menyadari goresan-goresan merah di dadanya.

"Tuh" kata Arkam sambil menunjuk ke dada Khalil.

"Gak apa-apa bro, ini demi kalian" kata Khalil sok gentle.

Dibawanya semua kelapa tersebut ke rumah Evi. "Siapa yang manjat nak?" tanya seorang wanita paruh baya yang umurnya sekitar 40 tahun. Ibu tersebut adalah Nur Hidayah yang merupakan ibu kandung Evi.

"Ini, kak Khalil." Jawab Evi sambil mengenalkan kedua pemuda tersebut kapada Ibunya.

"Wah hebat kamu nak, padahal udah beberapa tahun pohon kelapa yang tinggi itu gak ada seorang pun yang mau memanjatnya" puji bu Nur kepada Khalil.

Mendengar pujian tersebut, semua penat Khalil terasa raib seketika. "Biasa aja kok Bu" kata Khalil sopan.

"Calon menantu ibu yang mana nak?" Ibu Nur mencoba menggoda anaknya. Mendengar perkataan sang ibu, Evi menjadi agak risih. Ia menggengam lengan ibunya dengan gemas lalu berkata. "Ihhh ibu, gak adalah bu. Evi pun kenal mereka barusan, masa udah mau jadi calon mantu." Melihat tingkah Evi yang salah tingkah, Arkam dan Khalil cuma tersenyum.

"Yah ibu tau, ibu cuman bercanda. Udah yah ibu mau menjahit dulu." Kata sang Ibu kemudian beranjak pergi.


"Ehh, Ayu, Rahma, Anti pada kemana mereka?" kata Khalil yang baru menyadari ketidak hadiran mereka.

"Tadi mereka ke warung. Katanya mau beli es, susu, sama sirup" Evi menimpali.

"Nah tuh mereka" sahut Arkam yang melihat ketiga temannya berjalan menuju mereka.

"Udah dipetik kelapanya?" Tanya Anti.

"Udah, tuh lagi dibelah sama Arkam" jawab Khalil.

"Trus kaka ngapaiin di sini nyantai-nyantai? Pake buka baju segala, gak sopan tau"

Sebelum Khalil sempat membela diri, Evi malah lebih dulu membelanya "Kak Khalil gak nyantai-nyantai, dia tuh capek Nti habis manjat kelapa"

"Santai aja kali sis! Aku gak serius kok ngomong kayak gitu. Aku cuman mau ngetes doang"

"Ngetes apa?" Tanya Ayu penasaran.

"Yah Anti mau ngetes aja, diantara kalian siapa yang bakalan membela kak Khalil" jelas Anti.

"Emang kenapa kalau ngebela kak Khalil" Timpal Evi.

"Gak kenapa-kenapa sih. Tapi menurut menurut penerawanganku, orang yang membela kak Khalil lah yang pada nantinya akan menjadi ...." Anti sengaja tidak meneruskan perkataannya.

"Menjadi apa?" Tanya Evi gemes.

Anti menaruh telunjuknya di pelipisnya lalu kemudian menggerakkan bola matanya ke atas layaknya seseorang yang sedang berfikir "Menjadi apa yah?" katanya.

"Ayo jawab Nti, gak usah sok sok misterius kayak gitu" rengek Evi. Ia sebenarnya sudah tahu ke mana arah pembicaraan temannya tersebut, namun biasalah wanita memang begitu. Mereka seringkali bertingkah seolah-olah tidak tahu.

"Kamu pasti udah tau apa yang aku maksud sis, gak usah akting deh." Kata Anti. Entah mengapa, sangat sulit untuk berbohong kepada makhluk halus yang satu ini. Ia seperti memiliki kemampuan membaca fikiran, sehingga sulit bagi sahabat-sahabatnya untuk menyembunyikan sesuatu darinya. Dan hal yang paling mengesalkan darinya adalah, ia kalau ngomong ceplas-ceplos membeberkan hal-hal yang sengaja disimpan rapat di lubuk hati manusia. "Gini aja sis saya jelasin teorinya. Menurut apa yang saya ketahui, orang yang paling dulu membelamu adalah orang peduli padamu. Orang yang peduli padamu biasanya adalah seseorang yang mencintaimu. Dan orang yang mencintaimu itulah yang biasanya pada akhirnya akan menjadi pembantumu. Begitulah teorinya, setuju gak setuju itu terserah kamu" katanya lagi dengan cuek sambil menikmati coki-coki yang ia beli di warung.

"Jadi artinya Evi adalah seseorang yang akan menjadi pembantu kak Khalil" kata Rahma menyiimpulkan sambil tertawa.

"Terserah kalianlah deh" Evi pura-pura ngambek.

Khalil yang dari tadi menyimak perbincangan mereka tiba-tiba menimpali. "Dasar ibu-ibu tukang gosip. Kapan siap es kelapanya kalau kalian ngerumpi mulu. Tuh kelapanya udah dibelah semua, mending kalian sekarang membuat es kelapanya. Kalau enggak!........ " Kata Khalil dengan nada mengancam.
"Kalau enggak, kenapa?" Tantang Anti.

"Yah kalau enggak saya bakalan kehausanlah" jawab. Khalil santai sambil mengipas-ngipas tubuhnya dengan baju.

***

Isi buah kelapa yang telah dikerok di campur dengan sirup DHT, susu kental manis dan es batu. Tak lupa juga Rahma menambahkan potongan buah nanas yang telah dipotong kecil-kecil.

"Es kelapa muda campur nanas ala Rahma siap untuk dihidangkan" Rahma berkata lega.

"Nih gelasnya" kata Evi yang baru saja mengambil beberapa gelas dari dapur belakang.

Rahma pun kemudian mengisi gelas-gelas tersebut sambil berbicara "Gelas pertama spesial buat Rahma sendiri. Gelas kedua untuk Ibu Nur. Gelas ketiga untuk Evi. Gelas ke empat untuk sang idolah kampus. Gelas ke lima untuk miss bawel. Gelas ke enam untuk abang gondrong. Dan gelas yang ke tujuh untuk kak Arkam"

Mendengar temannya berbicara seperti itu Anti berkomentar "Interupsi sis, yang gelas nomor tujuh tadi buat siapa?"

"Buat kak Arkam, dasar budek" jawab Rahma. Meski ia melafalkan nama tersebut dengan intonasi suara yang biasa saja, namun tak dapat ia nafikan ada sebuah getaran halus yang mengalir di paru-parunya saat ia menyebutkan nama tersebut.

"Buat siapa sis?" Anti kembali memancing. Hal tersebut ia lakukan karena ia tahu bahwa sahabatnya itu masih menyimpan serpihan-serpihan perasaan cinta terhadap Arkam namun tidak diakuinya.

"Udah ahh gak usah sok budek nti, entar kalau kamu budek beneran baru tahu rasa"

"Kak Khalil sini, es kelapa mudanya sudah siap" panggil Evi kepada Khalil yang sedang berbaring melepaskan penat pada sebuah kursi panjang yang terbuat dari bambu. Mendengar suara lembut memanggil namanya, Khalil dengan segera bangkit dan bergabung dengan mereka.

"Kecapean yah kak?" Tanya Evi sambil menyodorkan gelas yang berisi es kelapa muda.

"Lumayan dek, makasih yah" jawab Khalil

"Cie cie cie perhatian banget." Arkam mengejek mereka berdua.

"Gak usah iri bro! Lagian tuh ada Rahma yang dari tadi memperhatikan kamu" jawab Khalil santai. Dari perbincangannya dengan Rahma tadi sewaktu masih dalam perjalanan, Khalil tahu kalau gadis berhidung imut tersebut ada rasa terhadap sahabatnya. Meski pun Rahma tidak mengungkapkan secara langsung, namun Khalil mampu memahami sesuatu yang tersirat dalam perkataan Rahma.

"Kok bawa-bawa nama Rahma sih?" Ucap Rahma kelabakan.

"Udah, nanti saja ngomongnya. Sekarang nikmatin dulu es kelapa mudanya" timpal Anti.

Tidak berapa lama gelas-gelas yang tadinya penuh kini telah kosong. Setelah puas menikmati es kelapa muda, Arkam dan Kahlil menyadarkan tubuh mereka ke tembok. Sementara itu para gadis malah tampak kegerahan sehabis memimum es kelapa muda. Saking gerahnya hingga membuat Rahma dan Evi melepas hijabnya. Diam-diam Arkam dan Khalil memperhatikan mereka. Tampak jelas di depan mereka Evi memiliki rambut yang panjangnya hanya sebatas bahu, seperti rambut polisi wanita. Sementara itu Rahma tampak begitu anggun dengan rambut lurus hitam pekat yang menjuntai hingga ke pinggang. Di pipinya terpahat indah lesung pipi yang semakin menambah pesona kecantikannya. Saat ia berkipas dengan kipas yang terbuat dari anyaman bambu tampak rambutnya melambai lambai dengan indahnya, dan disebalik itu tersembunyi sebuah leher jenjang nan mulus yang mampu membuat siapapun yang melihat akan berkhayal bisa mengecupnya. Arkam begitu terpesona dengan pemandangan yang ia lihat. Ia tak menyangka selama empat tahun, mantan pacarnya tersebut malah tumbuh lebih cantik secantik sekarang ini. Bahkan sosok Rahma yang ia lihat sekarang tampak amat berbeda dengan sosok yang ia temui di pesta pernikahan kemarin. Rahma kali ini tampak lebih alami, tanpa sanggul, dan tanpa tumpukan bedak.

"Kok hijabnya dilepas dek?" Tanya Khalil.

"Gerah kak" jawab Anti.

"Neraka lebih gerah loh" ucap Khalil sok nyeramahin.

"Iya tau, trus kenapa mata itu masih jelalatan" kata Anti membela diri.

"Yah mau gimana lagi. Kalau sampai melewatkan pemandangan indah yang ditampakkan Tuhan takut mubassir nantinya.

"Dasar kakak ini, daripada kakak ngomentarin kami mending kakak tanya dulu kepada diri kakak sendiri. Sudah benar gak kakak jadi orang?" Balas Anti tak mau kalah.

"Saya kan cuman mengingatkan" kata Khalil melunak.

"Saya juga" kata Anti Ringkas.

"Daripada berdebat mending makan mangga?" Kata Evi. Ia membawa sebaskom mangga gole yang matang dan menaruhnya di tengah-tengah mereka.

Arkam mendekat mengambil pisau dan mangga yang paling besar. "Kupasin dong Ma" ucapanya pada Rahma yang sedang berkipas. Arkam merasa Rahma mencoba menghindarinya. Entah apa yang membuat gadis tersebut bersikap begitu cuek padanya, padahal saat ia bertemu di pesta pernikahan, gadis itu bersikap amat ramah padanya. Karena hal itu iya mengambil inisiatif untuk membuka pembicaraan.

Jika mengikuti naluri dan kata hatinya maka tentu saja Rahma akan segera memenuhi permintaan Arkam. Tapi saat ini rasa kesal dan cemburu akan kejadian semalam, yaitu pada saat Arkam meminta nomor hp Ayu masih bercokol di hatinya. Wanita memang aneh, ia bisa saja sangat amat cemburu hanya karena sebuah prasangka yang belum terbukti kebenarannya. Ia tidak tahu bahwa Arkam meminta nomor Ayu kepadanya atas permintaan Khalil, bukan karena keinginannya sendiri. Andai saja ia tahu, tentu ia tidak akan bersikap seperti itu terhadap Arkam. "Kupas aja sendiri" jawab Rahma ogah-ogahan.

Mendengar jawaban tersebut, Arkam merasa kecewa. Ia kecewa bukan karena ia harus mengupas mangga dengan tangannya sendiri, melainkan ia kecewa karena Rahma tanpa alasan yang jelas bersikap acuh tak acuh padanya. "Apa saya punya salah?  Perasaan, makhluk yang satu ini terus berusaha menghindar dari saya" batin Arkam

"Sini kak, biar Ayu yang ngupasin" kata Ayu menawarkan diri.

Melihat peristiwa tersebut, Rahma malah menyesal dan cemburu. Ia ngedumel di dalam hati "Ngapain sih nih orang sok baik banget"

"Makasih dek, kalau adek yang ngupas, mangganya pasti manis" kata Arkam menggombal. Gombalan murahan yang ia lontarkan tersebut sebenarnya adalah sebuah pelampiasan kekecewaan atas penolakan Rahma terhadapnya.

Ayu hanya tersenyum mendengar gombalan Arkam. Tidak sampai 10 menit mangga tersebut telah terkelupas dengan sempurna. Ayu kemudian memotong mangga tersebut menjadi beberapa bagian. "Ini kak udah selesai" katanya pada Arkam sambil menyodorkan mangga yang telah ia kupas.

"Kenapa enggak disuapin sekalian?" kata Rahma menantang.

"Ide yang bagus, suapin dong dek" Arkam menimpali dengan ketus.

Entah setan mana yang merasuki Ayu hingga tangannya yang lembut itu bergerak otomatis mangambil mangga, dan perlahan tangannya mendekat ke mulut Arkam.

Sebuah pemandangan yang menyakitkan hati. Rahma tidak menyangka ucapannya yang bermaksud mengejek malah berbalik menjadi pisau dan menikam hatinya secara bertubi-bertubi. Begitu sesak yang ia rasakan. Prasangkanya semakin menjadi-jadi. "Dasar lelaki brengsek" umpatnya dalam hati.

Ternyata bukan Rahma saja yang muak melihat pemandangan tersebut, Khalil yang dari tadi berdebat dengan Anti pun juga merasakan perasaan yang sama.

Sedangkan Anti sendiri yang melihat mimik wajah Rahma yang berubah menjadi masam karena cemburu, spontan mendendangkan lagu "Hasrat hati hanya sekedar bertanya, mengapa wajahmu selalu berebeda? Sehingga lenyap keindahan kurasa, aduhai apakah gerangan sebabnya?"

"Benarkan dugaanku, mangganya benar-benar manis semanis orang yang mengelupasnya" ucap Arkam puas.

Ayu tersipu, mukanya memerah. Tak ada kalimat yang terucap darinya. Ia hanya tertunduk menyembunyikan wajahnya.

"Gombalan klise, gombalan murahan" umpat Rahma dalam hati. Ia tidak merasa asing dengan gombalan yang diucapkan Arkam, sebab kalimat yang serupa pernah ia dengar dari Arkam sewaktu mereka masih pacaran.

"Tring-tring" hp milik Ayu berbunyi. Ayu menerima panggilan terlepon tersebut. Ia beranjak ke luar rumah supaya sinyal hpnya menjadi lebih stabil.

Tak berapa lama kemudian wajahnya muncul dari balik pintu "Teman-teman, Ayu pamit dulu yah soalnya Ayah nelpon nyuruh pulang" ucap Ayu lirih.

Bersambung....
The Mantan bagian 9

Penulis: Salga Saputra

Komentar

Postingan populer dari blog ini

THE MANTAN BAGIAN 12

THE MANTAN BAGIAN 1

THE MANTAN BAGIAN 2