THE MANTAN BAGIAN 16
Doa Para Jomblo Yang Diijaba
THE MANTAN
Bagian ke-16
Malam menghitam tanpa kehadiran rembulan dan bintang gemintang. Langit berselimut awan hitam pekat. Sepertinya doa para jomblo memang diijabah pada malam itu. Malam pun merangkak pelan, dan bulir-bulir air mulai berjatuhan dari langit membasahi Bumi Arung Palakka.
Hujan di malam minggu. Para jomblo ramai-ramai menulis status di fb sebagai ungkapan rasa syukur. Sementara itu mereka-mereka yang telah memilih kekasih harus menelan kekecewaan dan terpaksa membatalkan rencana untuk ngapelin kekasihnya.
Jika tidak bisa ketemuan langsung maka hplah yang menjadi jalan keluarnya. Seperti kata pepatah; tidak ada akar rotan pun jadi, tidak bisa ketemuan, telponan pun jadi. Mereka yang telah memiliki kekasih tentu saja menelfon kekasihnya. Sementara itu para jomblo hanya bisa menelfon nomor acak, atau nomor telepon yang tertulis pada lembaran uang seribuan yang entah ditulis oleh siapa. Bahkan ada juga jomblo yang ngobrol sama tembok untuk meredakan perasaan kesepiaannya. Sungguh menggenaskan nasib mereka itu.
Seperti para jomblo lainnya, tidak masalah bagi Rahma jika hujan menerpa di malam minggu. Lagian baginya semua malam sama saja, tidak ada yang spesial. Apa yang membuat malam menjadi spesial bukanlah malam itu sendiri, melainkan seseorang yang hadir atau sekedar menyapa pada malam itulah yang menjadikan malam itu spesial atau tidak.
Rahma memeluk boneka Tasmanian Devil sembari memainkan hpnya. Ia membaca satu persatu status fb yang diupdate oleh orang lain namun tak satu pun ia dapati status fb yang ditulis oleh Arkam. Hal itu tentu membuatnya kecewa, karena tiap kali ia membuka fb, tujuannya adalah tidak lain untuk sekedar membaca status milik Arkam.
Dilanjutkannya membaca status fb itu satu persatu. Matanya kemudian tertuju pada status yang ditulis oleh Khalil.
Khalil Sang Pengembara Hati
“Hujan.
Gak jadi deh ngapelin gebetan.
Kalau gitu mending chatting ama mantan.
Eh lupa, aku kan belum pernah pacaran :D
15 menit yang lalu."
"Hehe, ada-ada aja nih orang" Rahma tertawa geli setelah membaca status fb milik Khalil. Jempolnya kemudian menari di atas keypad hp samsul miliknya.
Rahma Cwit Cwit
"Kirain kakak udah jadian sama Evi"
satu komentar terkirim.
Beberapa menit kemudian Khalil membalas komentar Rahma.
Khalil Sipengembara Hati
"Belum dek, masih dalam proses negoisasi :p hahah"
Rahma Cwit Cwit
"Emang barang yah kak di nego hehehe?"
Tiba-tiba Evi ikutan komen.
Evi Setia Celalu Forever Selamanya
"Khalil@ apaan tuh maksudnya kak :("
Khalil Sang Pengembara Hati
"Rahma@ heheh meskipun bukan barang tapi harus dinego juga dek. Bantuin yah biar permintaan perpacarannya segera dikomfirmasi :D"
"Evi@ cuman becanda neng, jangan marah yah! Tambah cantik nanti kalau marah. PEACE"
Rahma pun kembali menulis, namun sebelum komentarnya terkirim tiba-tiba hpnya bergetar. Sebuah panggilan dari nomor yang tidak di kenal. "Siapa yah yang nelfon?" Tanyanya dalam hati. Dengan sigap ia menyentuh soft key warna hijau di hpnya.
"Hallo Assalamualaikum, ini siapa?.
"Waalaikum salam, ini dengan Randi. Maaf yah kalau mengganggu"
"Randi yang mana?"
"Masa sudah lupa, nih Randi yang tadi pagi bareng Ayu di kantin"
"Ohh. Iya saya sudah ingat. Ada perlu apa yah?"
"Enggak ada sih, yah cuman mau ngobrol aja sama kamu"
"Ehmm gitu yah"
"Iya, kalau kamu gak sibuk"
"Maaf yah, aku lagi agak sibuk telfonnya lain kali aja"
"Iya deh, kalau begitu maaf yah udah menganggu."
"Tut tut tut" panggilan diakhiri.
Rahma tidak sedang sibuk, hanya saja ia agak malas telefonan dengan orang yang tidak terlalu ia kenal. Lagi pula bukan telfon dari Randi yang ia harapkan melainkan telfon dari Arkam.
Rahma menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Ia sungguh merasa bosan. Biasanya kalau malam minggu Anti bermalam di rumahnya. Kalau Anti bermalam di rumahnya biasanya mereka saling bercanda, bercerita tentang banyak hal, dan juga saling curhat-curhatan satu sama lain . Tapi kali ini ia tidak bisa melakukan itu semua karena Anti pulang ke kampungnya Lampoko.
Setelah Rahma mendapat telpon dari Randi, ia langsung kefikiran untuk menelpon Arkam. Betapa ingin dia mendengarkan suara Arkam, dan juga sekedar mengucapkan selamat malam padanya. "Percuma saja, paling hpnya gak diaktivin lagi" Rahma membatin.
Ia membuka folder photo dimana photo Arkam yang ia download di FB tersimpan. Setelah puas memandangi photo tersebut, ia kemudian meletakkan hpnya di bantal.
Dengan perlahan Rahma memejamkan matanya. Ia menarik nafas pelan, lalu dengan segenap kekuatannya ia menghadirkan Arkam dalam fikirannya. Hanya itu yang bisa ia lakukan untuk membuat perasaannya menjadi lebih baik.
"Bila kau pergi jauh ingatlah aku. Bila kau di sampingku peluk tubuhku. Bila kau rindu aku sebut namaku, kudatang menemuimu" Lagu Eren yang menjadi nada panggilan di hpnya mengalun dengan indah disertai dengan getaran hp.
"Siapa sih yang nelfon malam-malam, gak tau apa orang udah mau tidur masih digangguin. Ah paling si Randi lagi" gerutu Rahma dalam hati. Ia mengabaikan panggilan tersebut. Karena merasa agak terganggu dengan nada hpnya yang lumayan berisik, ia kemudian meletakkan hp itu di bawah bantal.
Sekitar beberapa menit, nada panggilan itu berhenti sendiri. Namun tak lama kemudian kembali mulai lagi berbunyi. Hal itu benar-benar mengusiknya yang kini sudah mengantuk.
"Aduh siapa sih yang sok penting banget nelfon malam-malam kayak gini" dengan terpaksa Rahma meraba-raba bawah bantalnya untuk mengambil dan menonaktivkan hpnya.
Dengan tetap berbaring ditatapnya layar hpnya. Nama Arkam terpampang di sana, seketika itu jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Entah mengapa sebuah senyuman tiba-tiba terpahat indah di wajahnya.
Ia segera bangun dari pembaringannya. Lalu kemudian menarik nafas panjang sebelum memutuskan untuk memencet tombol yang berwarna hijau di hpnya tersebut.
"Halloo Assalamualaikum" Ucapnya dengan nada suara selembut mungkin.
"Waalaikum salam dek. Belum mau tidurkan dek?" Terdengar suara Arkam dari speaker hp.
"Belum kok kak" kata Rahma menyangkal. Setelah mengetahui siapa yang menelpon tentu saja ngantuknya tiba-tiba menghilang.
"Kirain udah mau tidur soalnya lama baru ngangkatnya"
"Enggak kok kak" Rahma mencoba meyakinkan bahwa ia belum mau tidur "Tadi hp Rahma ketindih bantal jadi gak kedengeran kalau ada yang nelpon" lanjutnya lagi.
"Ohh gitu. Gimana nih kabar adek?"
"Alhamdulillah sehat kak. Kalau kakak sendiri gimana, gimana lukanya kak?"
"Alhamdulillah dek udah sembuh"
"Kakak kok gak pernah ada kabarnya, lagi sibuk apa kak?"
"Enggak sibuk sih, kalau pagi yah paling ke sawah. Oh iyya, gimana perkuliahannya dek?"
"Lancar-lancar aja kak"
"Jangan sering bolos yah! Entar IPKnya rendah loh"
"Enggak kok kak, Rahma gak pernah bolos"
"Kata Khalil, waktu saya dirawat di RS adek sering bolos"
"Enggak kok kak, kan cuman beberapa hari"
"Tapi makasih yah udah temenin di RS"
"Iya kak sama-sama"
"Udah yah dek, udah larut malam, mungkin adek udah mau tidur"
"Enggak kok kak, lagian besok kan hari minggu, Rahma gak ada perkuliahan kalau hari minggu" Rahma masih ingin mendengar suara Arkam. Ia berharap Arkam tidak segera memutus sambungan telponnya.
"Iya kakak lupa kalau besok hari minggu. Emang adek biasanya tidur jam berapa?"
"Gak tentu juga sih kak. Kalau udah ngantuk yah baru tidur"
"Iyyalah dek, gak mungkinkan tidur kalau gak ngantuk dulu"
"Heheh iyya kak. Kalau kakak tidurnya jam berapa?"
"Biasanya sih tidur jam11 atau 12 dek. Cuman semenjak ke sawah, sekitar jam 10 saya udah tidur dek"
"Karena kecapean yah kak?"
"Iyya dek begitulah"
Sesaat senyap, kedua insan itu tidak tahu mau ngomongin apa lagi.
"Udah makan belum kak" hanya pertanyaan klise itu yang meluncur dari mulut Rahma.
"Udah dek"
"Lauknya apa tadi kak?"
"Ulfa tadi bakarin ikan bandeng dek"
"Kakak suka makan ikan bandeng yah?"
"Suka dek, yah walaupun banyak durinya"
"Duri? Tulang kali kak"
"Hehe iyya maksudnya itu"
"Kalau Rahma, dah makan belum?"
"Kalau makan nasi belum kak, tadi cuman minum teh dan makan kripik kentang"
"Mau diet yah?"
"Enggak kak, cuman malas makan aja"
Percakapan mereka yang tidak jelas itu berlangsung hingga larut malam. Seperti seseorang teman lama yang baru bertemu, ada banyak hal yang ingin Rahma ceritakan. Meski demikian, lebih banyak lagi yang ia simpan untuk dirinya sendiri karena terlalu sulit baginya untuk mengungkapkan hal tersebut kepada Arkam.
Bersambung .....
THE MANTAN
Bagian ke-16
Malam menghitam tanpa kehadiran rembulan dan bintang gemintang. Langit berselimut awan hitam pekat. Sepertinya doa para jomblo memang diijabah pada malam itu. Malam pun merangkak pelan, dan bulir-bulir air mulai berjatuhan dari langit membasahi Bumi Arung Palakka.
Hujan di malam minggu. Para jomblo ramai-ramai menulis status di fb sebagai ungkapan rasa syukur. Sementara itu mereka-mereka yang telah memilih kekasih harus menelan kekecewaan dan terpaksa membatalkan rencana untuk ngapelin kekasihnya.
Jika tidak bisa ketemuan langsung maka hplah yang menjadi jalan keluarnya. Seperti kata pepatah; tidak ada akar rotan pun jadi, tidak bisa ketemuan, telponan pun jadi. Mereka yang telah memiliki kekasih tentu saja menelfon kekasihnya. Sementara itu para jomblo hanya bisa menelfon nomor acak, atau nomor telepon yang tertulis pada lembaran uang seribuan yang entah ditulis oleh siapa. Bahkan ada juga jomblo yang ngobrol sama tembok untuk meredakan perasaan kesepiaannya. Sungguh menggenaskan nasib mereka itu.
Seperti para jomblo lainnya, tidak masalah bagi Rahma jika hujan menerpa di malam minggu. Lagian baginya semua malam sama saja, tidak ada yang spesial. Apa yang membuat malam menjadi spesial bukanlah malam itu sendiri, melainkan seseorang yang hadir atau sekedar menyapa pada malam itulah yang menjadikan malam itu spesial atau tidak.
Rahma memeluk boneka Tasmanian Devil sembari memainkan hpnya. Ia membaca satu persatu status fb yang diupdate oleh orang lain namun tak satu pun ia dapati status fb yang ditulis oleh Arkam. Hal itu tentu membuatnya kecewa, karena tiap kali ia membuka fb, tujuannya adalah tidak lain untuk sekedar membaca status milik Arkam.
Dilanjutkannya membaca status fb itu satu persatu. Matanya kemudian tertuju pada status yang ditulis oleh Khalil.
Khalil Sang Pengembara Hati
“Hujan.
Gak jadi deh ngapelin gebetan.
Kalau gitu mending chatting ama mantan.
Eh lupa, aku kan belum pernah pacaran :D
15 menit yang lalu."
"Hehe, ada-ada aja nih orang" Rahma tertawa geli setelah membaca status fb milik Khalil. Jempolnya kemudian menari di atas keypad hp samsul miliknya.
Rahma Cwit Cwit
"Kirain kakak udah jadian sama Evi"
satu komentar terkirim.
Beberapa menit kemudian Khalil membalas komentar Rahma.
Khalil Sipengembara Hati
"Belum dek, masih dalam proses negoisasi :p hahah"
Rahma Cwit Cwit
"Emang barang yah kak di nego hehehe?"
Tiba-tiba Evi ikutan komen.
Evi Setia Celalu Forever Selamanya
"Khalil@ apaan tuh maksudnya kak :("
Khalil Sang Pengembara Hati
"Rahma@ heheh meskipun bukan barang tapi harus dinego juga dek. Bantuin yah biar permintaan perpacarannya segera dikomfirmasi :D"
"Evi@ cuman becanda neng, jangan marah yah! Tambah cantik nanti kalau marah. PEACE"
Rahma pun kembali menulis, namun sebelum komentarnya terkirim tiba-tiba hpnya bergetar. Sebuah panggilan dari nomor yang tidak di kenal. "Siapa yah yang nelfon?" Tanyanya dalam hati. Dengan sigap ia menyentuh soft key warna hijau di hpnya.
"Hallo Assalamualaikum, ini siapa?.
"Waalaikum salam, ini dengan Randi. Maaf yah kalau mengganggu"
"Randi yang mana?"
"Masa sudah lupa, nih Randi yang tadi pagi bareng Ayu di kantin"
"Ohh. Iya saya sudah ingat. Ada perlu apa yah?"
"Enggak ada sih, yah cuman mau ngobrol aja sama kamu"
"Ehmm gitu yah"
"Iya, kalau kamu gak sibuk"
"Maaf yah, aku lagi agak sibuk telfonnya lain kali aja"
"Iya deh, kalau begitu maaf yah udah menganggu."
"Tut tut tut" panggilan diakhiri.
Rahma tidak sedang sibuk, hanya saja ia agak malas telefonan dengan orang yang tidak terlalu ia kenal. Lagi pula bukan telfon dari Randi yang ia harapkan melainkan telfon dari Arkam.
Rahma menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Ia sungguh merasa bosan. Biasanya kalau malam minggu Anti bermalam di rumahnya. Kalau Anti bermalam di rumahnya biasanya mereka saling bercanda, bercerita tentang banyak hal, dan juga saling curhat-curhatan satu sama lain . Tapi kali ini ia tidak bisa melakukan itu semua karena Anti pulang ke kampungnya Lampoko.
Setelah Rahma mendapat telpon dari Randi, ia langsung kefikiran untuk menelpon Arkam. Betapa ingin dia mendengarkan suara Arkam, dan juga sekedar mengucapkan selamat malam padanya. "Percuma saja, paling hpnya gak diaktivin lagi" Rahma membatin.
Ia membuka folder photo dimana photo Arkam yang ia download di FB tersimpan. Setelah puas memandangi photo tersebut, ia kemudian meletakkan hpnya di bantal.
Dengan perlahan Rahma memejamkan matanya. Ia menarik nafas pelan, lalu dengan segenap kekuatannya ia menghadirkan Arkam dalam fikirannya. Hanya itu yang bisa ia lakukan untuk membuat perasaannya menjadi lebih baik.
"Bila kau pergi jauh ingatlah aku. Bila kau di sampingku peluk tubuhku. Bila kau rindu aku sebut namaku, kudatang menemuimu" Lagu Eren yang menjadi nada panggilan di hpnya mengalun dengan indah disertai dengan getaran hp.
"Siapa sih yang nelfon malam-malam, gak tau apa orang udah mau tidur masih digangguin. Ah paling si Randi lagi" gerutu Rahma dalam hati. Ia mengabaikan panggilan tersebut. Karena merasa agak terganggu dengan nada hpnya yang lumayan berisik, ia kemudian meletakkan hp itu di bawah bantal.
Sekitar beberapa menit, nada panggilan itu berhenti sendiri. Namun tak lama kemudian kembali mulai lagi berbunyi. Hal itu benar-benar mengusiknya yang kini sudah mengantuk.
"Aduh siapa sih yang sok penting banget nelfon malam-malam kayak gini" dengan terpaksa Rahma meraba-raba bawah bantalnya untuk mengambil dan menonaktivkan hpnya.
Dengan tetap berbaring ditatapnya layar hpnya. Nama Arkam terpampang di sana, seketika itu jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Entah mengapa sebuah senyuman tiba-tiba terpahat indah di wajahnya.
Ia segera bangun dari pembaringannya. Lalu kemudian menarik nafas panjang sebelum memutuskan untuk memencet tombol yang berwarna hijau di hpnya tersebut.
"Halloo Assalamualaikum" Ucapnya dengan nada suara selembut mungkin.
"Waalaikum salam dek. Belum mau tidurkan dek?" Terdengar suara Arkam dari speaker hp.
"Belum kok kak" kata Rahma menyangkal. Setelah mengetahui siapa yang menelpon tentu saja ngantuknya tiba-tiba menghilang.
"Kirain udah mau tidur soalnya lama baru ngangkatnya"
"Enggak kok kak" Rahma mencoba meyakinkan bahwa ia belum mau tidur "Tadi hp Rahma ketindih bantal jadi gak kedengeran kalau ada yang nelpon" lanjutnya lagi.
"Ohh gitu. Gimana nih kabar adek?"
"Alhamdulillah sehat kak. Kalau kakak sendiri gimana, gimana lukanya kak?"
"Alhamdulillah dek udah sembuh"
"Kakak kok gak pernah ada kabarnya, lagi sibuk apa kak?"
"Enggak sibuk sih, kalau pagi yah paling ke sawah. Oh iyya, gimana perkuliahannya dek?"
"Lancar-lancar aja kak"
"Jangan sering bolos yah! Entar IPKnya rendah loh"
"Enggak kok kak, Rahma gak pernah bolos"
"Kata Khalil, waktu saya dirawat di RS adek sering bolos"
"Enggak kok kak, kan cuman beberapa hari"
"Tapi makasih yah udah temenin di RS"
"Iya kak sama-sama"
"Udah yah dek, udah larut malam, mungkin adek udah mau tidur"
"Enggak kok kak, lagian besok kan hari minggu, Rahma gak ada perkuliahan kalau hari minggu" Rahma masih ingin mendengar suara Arkam. Ia berharap Arkam tidak segera memutus sambungan telponnya.
"Iya kakak lupa kalau besok hari minggu. Emang adek biasanya tidur jam berapa?"
"Gak tentu juga sih kak. Kalau udah ngantuk yah baru tidur"
"Iyyalah dek, gak mungkinkan tidur kalau gak ngantuk dulu"
"Heheh iyya kak. Kalau kakak tidurnya jam berapa?"
"Biasanya sih tidur jam11 atau 12 dek. Cuman semenjak ke sawah, sekitar jam 10 saya udah tidur dek"
"Karena kecapean yah kak?"
"Iyya dek begitulah"
Sesaat senyap, kedua insan itu tidak tahu mau ngomongin apa lagi.
"Udah makan belum kak" hanya pertanyaan klise itu yang meluncur dari mulut Rahma.
"Udah dek"
"Lauknya apa tadi kak?"
"Ulfa tadi bakarin ikan bandeng dek"
"Kakak suka makan ikan bandeng yah?"
"Suka dek, yah walaupun banyak durinya"
"Duri? Tulang kali kak"
"Hehe iyya maksudnya itu"
"Kalau Rahma, dah makan belum?"
"Kalau makan nasi belum kak, tadi cuman minum teh dan makan kripik kentang"
"Mau diet yah?"
"Enggak kak, cuman malas makan aja"
Percakapan mereka yang tidak jelas itu berlangsung hingga larut malam. Seperti seseorang teman lama yang baru bertemu, ada banyak hal yang ingin Rahma ceritakan. Meski demikian, lebih banyak lagi yang ia simpan untuk dirinya sendiri karena terlalu sulit baginya untuk mengungkapkan hal tersebut kepada Arkam.
Bersambung .....
Komentar
Posting Komentar