Postingan

THE MANTAN BAGIAN 18

Gambar
Curhatan Seorang Paggalung THE MANTAN Bagian ke-18 Sekitar pukul 11.00. Mentari semakin menyengat dan angin pun enggan berhembus. Bulir-bulir peluh berjatuhan membasahi pakaian Arkam. Sesekali ia menyeka keringat di keningnya dengan lengannya. Tangan kirinya menenteng sebuah ember berwarna hitam yang berisi bibit padi, sementara itu tangan kanannya sibuk melemparkan bibit-bibit padi itu ke lahan persemaian . Seusai menyemai bibit padi tersebut, Arkam berisirahat sejenak di pematang sawah. Ia kemudian meneguk air dari botol plastik yang sudah hampir lumutan. Ada perasaan lega di hatinya setelah menyemai bibit padi tersebut. "Udah selesai nak?" Tanya seseorang pria paruh baya yang datang dari arah timur. Pria tersebut memikul sebuah cangkul di bahu kananya, dan memegang parang panjang di tangan kirinya. Setelah minum beberapa teguk, Arkam menutup botol minumannya. "Alhamdulillah pak selesai juga." Jawabnya. "Sudah bisa santai-santai lagi lah kalau ...

THE MANTAN BAGIAN 17

Gambar
Sang Guru Honorer THE MANTAN Bagian ke-17 Pagi-pagi sekali Khalil sudah tampil rapi dengan seragam hitam putih miliknya. Disaat pertama kali mengenakan seragam tersebut ia merasa tampak seperti seorang sales, kadang juga ia merasa seperti mahasiswa semester akhir yang akan menghadapi ujian meja. Setelah beberapa minggu mengenakannya, ia sudah mulai terbiasa dengan seragam tersebut.  " Aku tak habis fikir mengapa pemkab mewajibkan para honorer mengenakan seragam hitam putih. Apa gunanya coba? Apakah tujuannya hanya sebagai pembeda antara pns dan honorer? Tapi bukankah hal tersebut hanya menciptakan dinding tak terlihat dan menjadi pemisah diantara mereka? Kenapa para guru honerer tidak boleh mengenakan seragam seperti yang dikenakan oleh guru pns? Kamikan juga seorang guru. Apakah karena gaji kami hanya Rp.300.000/bulan hingga kami tidak layak untuk membungkus tubuh kami dengan kain yang sama yang digunakan oleh para pns tersebut. Aku betul-betul tidak mengerti jalan fiki...

THE MANTAN BAGIAN 16

Gambar
Doa Para Jomblo Yang Diijaba THE MANTAN Bagian ke-16 Malam menghitam tanpa kehadiran rembulan dan bintang gemintang. Langit berselimut awan hitam pekat. Sepertinya doa para jomblo memang diijabah pada malam itu. Malam pun merangkak pelan, dan bulir-bulir air mulai berjatuhan dari langit membasahi Bumi Arung Palakka. Hujan di malam minggu. Para jomblo ramai-ramai menulis status di fb sebagai ungkapan rasa syukur. Sementara itu mereka-mereka yang telah memilih kekasih harus menelan kekecewaan dan terpaksa membatalkan rencana untuk ngapelin kekasihnya. Jika tidak bisa ketemuan langsung maka hplah yang menjadi jalan keluarnya. Seperti kata pepatah; tidak ada akar rotan pun jadi, tidak bisa ketemuan, telponan pun jadi.  Mereka yang telah memiliki kekasih tentu saja menelfon kekasihnya. Sementara itu para jomblo hanya bisa menelfon nomor acak, atau nomor telepon yang tertulis pada lembaran uang seribuan yang entah ditulis oleh siapa. Bahkan ada juga jomblo yang ngobrol sama te...

THE MANTAN BAGIAN 15

Gambar
THE MANTAN Bagian ke-15 Kehilangan Jam menunjuukkan pukul 09.05. Arkam sudah bersiap-siap. Hari itu ia diminta ayahnya untuk mengantarnya ke pasar sentral untuk membeli peralatan pertanian. "Sudah siap nak?" Tanya Darwis. "Udah Yah. Ayo langsung berangkat aja" Jawab Arkam. "Beliin bakso yah kak!" Terdengar suara Ulfa dari dalam kamarnya. "Ok dek" Jawab Arkam. Mereka pun kemudian berangkat dengan mengendarai sepeda motor. Arkam mengendarai motornya tidak terlalu cepat. Kecepatannya hanya berkisar 60km/jam. Tepat di sekitar jembatan Corawalie tiba-tiba ada seekor anjing yang menyebrang. Arkam pun segera membanting stir motornya ke arah kanan untuk menghindari anjing tersebut. "Brukkkk" Sebuah mobil Avanta yang berkecepatan tinggi menghantamnya dari belakang. Motornya ambruk, badannya terhempas ke sisi kanan bahu jalan. Sementara itu tubuh ayahnya terlempar ke sisi kiri dan kepalanya tepat mengenai trotoar jalan. Nafasn...

THE MANTAN BAGIAN 14

Gambar
THE MANTAN Bagian ke-14 Makan Bakso Dosen tidak masuk mengajar. Para mahasiswa menjadi sangat bising di dalam kelas. Ada yang bernyanyi sambil memukul meja menjadikan meja itu sebagai drumnya. Ada juga yang berdiri di depan menirukan gaya dosen mereka. Sementara itu Rahma terduduk lesu dipojok ruangan. Ia tampak tidak bersemangat. Ia menatap layar hpnya, membuka fb dan seolah membaca status yang terupdate. Meski demikian ia tidak benar-benar membaca status terbaru yang ditulis teman-teman fbnya. Fikirannya menerawang jauh penuh tanya terhadap seseorang yang sebulan terakhir ini tidak ada kabar beritanya. Semenjak Arkam keluar dari rumah sakit, Rahma tidak pernah lagi bertemu dengannya. Semenjak itu pula HP Arkam tidak pernah diaktifkan sehingga pesan Rahma tidak kunjung mendapat balasan. Benaknya dipenuhi pertanyaan tentang Arkam. "Bagaimana kabarnya sekarang?, apa ia baik-baik saja?" Ia teramat gelisah. Sebelumnya ia tak pernah mengkhawatirkan dan merindukan sese...

THE MANTAN BAGIAN 13

Gambar
THE MANTAN 13 Gengsi Nelfon Duluan Apala pukul 19.00 Di bangku  beranda rumahnya, Khalil termenung sambil memegang gitar akustik. Fikirannya melayang pada suatu peristiwa sore tadi di mana ia melihat Arkam membonceng Ayu. Ada perasaan tak rela di hatinya melihat pemandangan tersebut. Sosok Ayu yang anggun dan pintar bernyanyi adalah sosok yang ia idam-idamkan selama ini. Seringkali ia berkhayal Ayu menyanyikan sebuah lagu dan ia disampingnya mengiringi dengan gitarnya. Namun sepertinya semua khayalan tersebut ia harus kubur dalam-dalam sebab ia tak ingin hanya karena seorang wanita persahabatannya dengan Arkam menjadi retak. Dipetiknya gitanya sambil menyanyikan sebuah lagu : Mengapa oh Tuhan kau berikan perasaan ini Yang tak bisa kupendam kebih lama di dalam hati Walau kutahu dia takkan bisa tempatkan aku di dalam hatinya Kapankah oh Tuhan kau akhiri perasaan ini Karena kutak ingin ada hati yang kan terluka Karena kutahu bahwa ia adalah milik sahabat karibku. (K...

THE MANTAN BAGIAN 12

Gambar
THE MANTAN Bagian ke-12 Ke Perpustakaan Daerah Bone Hari senin, tak ada kegiatan yang berarti. Pada hari itu Arkam tidak ke kampus, ia hanya menghabiskan waktunya tidur-tiduran di kamar. Dinding kamar miliknya putih polos, tidak ada hiasan, photo, atau pun poster yang tergantung di sana. Kamarnya tidak terlalu luas, namun cukup luas bagi seseorang lelaki lajang. "Arkam bangun nak, ini sudah masuk waktu duhur" terdengar suara lelaki paruh baya dari balik pintu. Lelaki paruh baya itu adalah ayah Arkam yang bernama Darwis. Sepeninggal istrinya Darwis kini hanya tinggal bertiga bersama Arkam dan Ulfa. Istrinya meninggal sewaktu melahirkan Ulfa. Kejadian itu menimbulkan luka begitu mendalam di hatinya. Ketika melihat Ulfa maka otomatis ia akan teringat kepada almarhum istrinya. Sebab seperti pinang dibelah dua, wajah, mata, dan rambut Ulfa begitu mirip dengan almarhum istrinya. Karena kecintaannya yang begitu besar terhadap almarhun istrinya, Darwis tidak pernah beranga...